TUGAS PERSONAL ARTIKEL SOFTSKILL IBD
Pembentukan Pendidikan Karakter Suatu Negara
yang Terkandung dalam Sebuah Kebudayaan
Seperti
yang telah kita ketahui Indonesia awalnya merupakan wilayah nusantara yang
memiliki ragam budaya. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai penduduk yang
berasal dari bangsa melayu. Dahulu hingga sekarang Indonesia dikenal sebagai
wilayah nusantara yang kaya akan sumber daya alam dan kekayaan akan ragam
budaya. . Banyak dari bangsa-bangsa lain seperti Eropa, Portugis, Arab, Tiongkok,
dan berbagai negara yang singgah ke wilayah nusantara ini. Para bangsa asing
itu datang bertujuan untuk mengambil rempah-rempah bahkan berdagang di
Indonesia
masuk ke Indonesia. Indonesia selain dikenal
sebagai negara penghasil sumber daya alam terkaya, juga dikenal dengan banyak
nya kerajaan yang terdapat di wilayah nusantara. Selain kerajaan
terdapat pula peninggalan-peninggalan bahkan warisan budaya dari para leluhur,
seperti candi borobudur, keris, batik, rencong, tari tor-tor, wayang, gordang
sembilang, warisan budaya nusantara tersebut
juga sudah diakui oleh UNESCO. Menurut Badan Pusat Statistika, pada tahun 2010
Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa dari berbagai wilayah di nusantara, dan masih
banyak suku bangsa yang ada di Indonesia. Keragaman suku bangsa tersebut
disebabkan oleh berbagai faktor seperti perbedaan ras, perbedaan lingkungan,
perbedaan latar belakang, perkembangan daerah, perbedaan kepercayaan atau
agama, dan kemampuan beradaptasi atau menyesuaikan diri. santara. Suku bangsa
tersebut meliputi suku Jawa, Sunda, Batak, dan Sasak, Menurut para ahli seperti
Gorys keraf, Sutan Takdir A, dan beberapa ahli lainnya mengatakan bahwa penduduk
Indonesia sudah memiliki peradaban tinggi sejak abad ke-19. Adat istiadat dari
para budaya leluhur yang berasal dari berbagai suku bangsa di wilayah nusantara
yang telah ada sejak dahulu menciptakan suatu karakter bagi para penduduk
setempat, dimana budaya tersebut masih terus dilestarikan.
Seperti
contoh yang diambil dari kementrian pendidikan dan budaya sebagai salah satu
dari banyak nya suku bangsa yang ada di Indonesia, dalam sebuah catatan
historis mengenai lombok dan suku sasak, “ Lombok dan suku Sasak yang termaktub
dalam kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca yang isinya memuat tentang
kekuasaan Majapahit. Dalam kitab, yang pada tahun 2013 ditetapkan UNESCO
sebagai Warisan Ingatan Dunia itu, ada sebuah kutipan “Lombok Mirah Sasak
Adi”, lombok artinya lurus atau jujur, mirah artinya permata, sasak artinya
kenyataan, dan adi artinya baik. Secara keseluruhan kutipan tersebut
bermakna “kejujuran adalah permata kenyataan yang baik dan utama”. Jadi
nama pulau Lombok yang kita kenal saat ini diambil dari salah satu kutipan
dalam kitab tersebut. Falsafah “Lombok Mirah Sasak Adi” ini dipercaya
sebagai cita-cita para leluhur dan harus dilestarikan oleh anak cucunya. Sampai
saat ini, falsafah tersebut dijadikan sebagai pandangan hidup dan nilai-nilai
tradisi yang akan menuntun ke arah kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat
Suku Sasak. Falsafah “Lombok Mirah Sasak Adi” juga dinilai sebagai
budaya adiluhung yang berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap, watak, dan
prinsip masyarakat Suku Sasak. Penghayatan dan semangat kejujuran dalam
falsafah tersebut dianggap mampu terealisasi pada masing-masing individu
masyarakat Suku Sasak. Kejujuran adalah hal yang penting bagi masyarakat Suku
Sasak dalam semua aspek kehidupan dunia. Falsafah “Lombok Mirah Sasak
Adi” sarat dengan nilai kearifan lokal yang tinggi. Implementasi makna
dari falsafah tersebut diharapkan juga dapat menggugah semangat kejujuran baik
untuk masyarakat Indonesia maupun untuk pemerintahan Indonesia ’’.
Pencampuran suku bangsa yang ada di wilayah
Indonesia tidak lepas dari adanya
pengaruh dari bangsa asing yang pernah tinggal ataupun singgah di Indonesia,
seperti suku betawi yang merupakan hasil dari pencampuran berbagai suku bangsa baik
dari suku bangsa asli dari nusantara, suku bangsa dari Arab, dan suku bangsa
dari Tionghoa yang pernah tinggal di wilayah Indonesia pada era kolonial
Belanda. . Nenek moyang bangsa Indonesia adalah orang-orang Melayu. Bangsa
Melayu ini telah mendiami Indonesia bagian barat dan Semenanjung Melayu
(Malaysia) sejak dulu, karena cikal-bakal masyarakat Indonesia adalah daerah
Campa di Teluk Tonkin, Vietnam maka kebudayaan nenek-moyang Indonesia
berkaiatan erat dengan kebudayaan masyarakat asal, khususnya budaya logam. Dari
Vietnam, terutama daerah Bacson-Hoabinh, Dong Son, Sa Huynh, dan kebudayaan
India pun kemudian berperan dalam kehidupan masyarakat Indonesia terutama dalam
bidang sastra, ekonomi, dan politik. Perbedaan bahasa pun disebabkan karena
setiap pulau di Indonesia memiliki karakteristik alam yang berbeda-beda. Bahasa Melayu yang aslinya merupakan bahasa kelompok suku bangsa di
kepulauan Indonesia, telah lama menjadi bahasa perdagangan di daerah pelabuhan
di Indonesia.
Di Indonesia banyak ditemukan bekas-bekas peninggalan sejarah
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu - Buddha. Peninggalan bercorak
Hindu-Buddha banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan dan
Kalimantan Timur. Masuknya pengaruh
Hindu-Buddha telah mengubah dan menambah kasanah budaya Indonesia dalam
berbagai aspek kehidupan. Peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan
bercorak Hindu-Buddha, antara lain candi, stupa, gapura, arca, relief,
patung, dan karya sastra. Demikian juga masuknya agama dan kebudayaan Islam dari Timur Tengah ke
Indonsia, berpengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan di Indonesia.
Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dan mulai berkembang pada abad
ke-13 M. . Perkembangan budaya terhadap karya sastra pun sangat berpengaruh
terhadap pembentukan karakteristik bangsa Indonesia sejak zaman Pergerakan Nasional sampai tahun 1945. Pada masa itu seni merupakan alat untuk
membakar semangat nasionalisme dengan adanya berbagai karya seni seperti
lahirnya balai pustaka pada angkatan 20 dan lahirnya pujangga baru pada
angkatan 30. Hal ini berarti bahwa keberadaan karya seni dan seniman ikut
memberikan andil dalam membangun rasa kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi. Kebudayaan
yang masih dilestarikan menjadikan suatu pendidikan yang tercipta baik secara
tertulis maupun secara lisan. Pendidikan dalam kebudayaan tersebut menghasilkan
suatu karakter yang disebut dengan pendidikan karakter dalam kebudayaan. Misi kebudayaan mengandung dua hal utama yaitu bersifat reflektif dan bersifat progresif. Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat penting
untuk sebuah proses pembentukan karakter dalam mempelajari sebuah nilai,
moral, dan norma yang terkandung didalam
suatu kebudayaan dan berperan penting untuk sebuah negara khususnya untuk negara
Indonesia.
Pendidikan dengan berbasis kebudayaan merupakan sarana di mana setiap individu dapat
menjaga, memelihara, memperbaiki, bahkan meningkatkan komponen-komponen suatu budaya yang telah ada untuk sebuah
kelangsungan hidup. Apa
yang telah diukir pada masyarakat Indonesia terdahulu tentunya diharapkan dapat
terjaga kelestariannya oleh masyarakat Indonesia zaman kini. Dengan adanya pendidikan karakter ini diharapkan para generasi muda
dapat mempelajari dan mengetahui bahwa kebudayaan-kebudayaan yang ada di
Indonesia sudah ada sejak zaman nenek moyang. Selain itu, diharapkan juga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, tenggang rasa, gotong
royong, rasa saling menghormati, serta rasa saling menghargai terhadap satu
dengan lainnya dan mengingatkan bahwa negara Indonesia memiliki beragam
kebudayaan, baik secara adat istiadat, suku, tempat tinggal, mata pencaharian, maupun
kepercayaan atau agama yang dianut oleh setiap individu.
Daftar Pustaka :
Tilaar, H.A.R. 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan
Masyarakat Madani Indonesia, Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung
: Remaja Rosdakarya
Dwi Ari Listiyani. 2009. Sejarah 2. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Widoyo
Nugroho. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gundarama.
Hendrayana.
2009. Sejarah 1. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Budimansyah,
Dasim. 2011. Pendidikan Karakter; Nilai
Inti bagi upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widaya Aksara Press.
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditindb/2014/03/05/77-karya-budaya-ditetapkan-sebagai-warisan-budaya-takbenda-indonesia-tahun-2013/
(17 November 2015)
http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/node/3672
(17 November 2015)
Komentar
Posting Komentar